Rabu, 31 Oktober 2012

Optimisme Eropa, harga emas melompat di NY

NEW YORK. Harga emas diperdagangkan menanjak ke level tertinggi dalam sepekan terakhir di New York, tadi malam. Pada pukul 13.46 waktu New York, harga kontrak emas untuk pengantaran Desember naik 0,4% menjadi US$ 1.719,10 per troy ounce.
Pada transaksi sebelumnya, kontrak yang sama berada di posisi US$ 1.726,60 per troy ounce, level tertinggi untuk kontrak teraktif sejak 23 Oktober lalu.

Kenaikan harga emas terjadi seiring spekulasi investor bahwa krisis utang Eropa dapat segera diatasi.

"Penawaran terhadap emas bertambah karena optimisme Eropa. Pelemahan dollar juga menyokong hal tersebut," jelas Sterling Smith, futures specialist Citigroup Inc.

Posisi dollar AS memang terlihat melemah terhadap mayoritas mata uang utama dunia. Salah satu pemicunya adalah penguatan euro setelah menteri keuangan Eropa mendiskusikan untuk memberikan waktu tambahan kepada Yunani untuk memenuhi target bailout.

Sekadar tambahan, di sepanjang Oktober, harga emas melorot 3,1%. Padahal, pada empat bulan sebelumnya, harga emas terus menanjak. Jika dihitung, sepanjang tahun ini lonjakan harga emas sudah mencapai 9,7%.

BURSA AS Hari 1 pembukaan pasca Sandy, Wall Street melaju

Selasa, 30 Oktober 2012

Harga emas terangkat perayaan di India


JAKARTA. Harga emas menanjak. Spekulasi India akan meningkatkan permintaan emas selama festival keagamaan di negara itu menjadi salah satu penyebab.
Harga emas untuk pengiriman Desember 2012 di Bursa Comex, kemarin (30/10) pukul 17.45 wib, menguat 0,33% menjadi US$ 1.714,40 per ons troi. Namun dalam sebulan, harga emas masih menunjukkan pelemahan sebesar 3,35%.
"Impor emas dari India kemungkinan naik. Musim festival diawali Dussehra pada 24 Oktober, dan diakhiri oleh Diwali pada November," ujar Jonathan Barratt, pimpinan Buletin Barratt, media komoditas yang berbasis di Sydney, seperti dikutip Bloomberg.
Pengumuman Bank of Japan (BoJ) meningkatkan stimulus di Negeri Sakura, ikut mengerek harga emas. BoJ menaikkan stimulus sebesar 11 triliun yen, menjadi 66 triliun yen, melalui program pembelian aset untuk menggenjot ekonomi negara.
Tetapi kenaikan harga emas diprediksi tidak bertahan lama. Analis Philip Futures, Juni Sutikno, mengatakan, emas masih berpeluang besar untuk terkoreksi. Sentimen negatif dari krisis utang Eropa, yang menekan euro, menggerus daya beli emas sebagai alternatif investasi. Itu lantaran investor lebih condong memilih dollar AS sebagai aset yang lebih aman.
Juni menuturkan, permintaan emas dari India yang meningkat, belum mampu mengangkat harga emas secara signifikan. Penyebabnya, nilai rupee masih cenderung melemah terhadap dollar AS.
Tren bearish
Analis SoeGee Futures, Nizar Hilmy, menambahkan, saat ini emas berada dalam fase konsolidasi. Selama beberapa hari mendatang, emas kembali terkoreksi karena fokus utama para pemodal, hingga kini, masih terpusat ke krisis utang Eropa.
Secara teknikal, harga emas cenderung bearish. Moving average (MA) di bawah 25 dan moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif. Itu merupakan indikasi pelemahan.
Selama sepekan ke depan, pergerakan harga emas akan bergantung pada sentimen dari Uni Eropa dan negara Asia, seperti China dan Jepang. "Jika kondisi ekonomi sudah menunjukkan tanda perbaikan, ada potensi harga emas kembali stabil di kisaran US$ 1.725 - US$ 1.750 per ons troi," kata Juni.
Hitungan Nizar, pekan ini, emas berpeluang menguat ke kisaran US$ 1.687-US$ 1.730 per ons troi. Hingga akhir tahun, pergerakan harga emas diprediksi agak sulit bullish. Nizar berasumsi harga emas hingga akhir tahun ini dapat menyentuh kisaran US$ 1.800 per ons troi.    

Senin, 29 Oktober 2012

Asian stocks mixed to higher on hopes of BoJ easing; Nikkei up 0.48%

Forexpros - Asian stocks rose Tuesday on hopes the Bank of Japan will expand its monetary easing program

The Japanese monetary authority will announce its latest decision on interest rates and policy later in the day.

During Asian trading on Tuesday, Hong Kong's Hang Seng Index was down 0.01%, Australia's S&P/ASX200 was up 0.28%, while Japan’s Nikkei 225 Index was up 0.48%.

Weak indicators released in Japan earlier fueled talk of monetary intervention.

Industrial production in Japan fell more than expected in September, preliminary data showed.

In a report, the Ministry of Economy, Trade and Industry said that industrial production contracted 4.1% in September from  a contraction of 1.6% in the preceding month.

Analysts had expected industrial production to shrink by 3.3% last month.
Household spending in Japan fell more than expected last month as well.

Japan's Statistics Bureau said that Japanese Household Spending shrank by 0.9% in September compared with expansion of 1.8% in the preceding month.

Analysts had expected Japanese Household Spending to grow by 0.7% last month.

Japan’s unemployment rate, meanwhile, remained unchanged in September at 4.2%, in line with expectations.

Markets were keeping an eye on the U.S., where Sandy, a former hurricane that morphed into a massive post-tropical super storm, roared ashore and closed a large chunk of the eastern seaboard, including U.S. markets.

In Hong Kong, top decliners included New World Development, down 2.15%, Sino Land, down 1.53%, and China Unicom, down 1.35%.

In Australia, top gainers included Virgin Australia Holdings, up 4.35%, Sigma Pharmaceuticals, up 3.88%,  and Pacific Brands, up 3.57%.

European stock futures indicated a lower opening.

France's CAC 40 futures pointed to a loss of 0.24%, while Germany's DAX 30 futures also pointed to a loss of 0.30%. Meanwhile in the U.K., FTSE 100 futures were down 0.04%.

Dow Jones Industrial Average futures were down 0.73%, while the S&P 500 futures were down 0.64%.

Later Tuesday, Spain is to release preliminary third-quarter gross domestic product rates.

The U.S. is to release data on consumer confidence, a leading indicator of economic health, as well as industry data on house price inflation, an important indicator of demand in the housing sector.

By   

Keperkasaan si hijau menekan harga si kuning di NY

NEW YORK. Harga emas dunia mencatat penurunan tadi malam di New York. Berdasarkan data Bloomberg, harga kontrak emas untuk pengantaran Desember turun 0,2% menjadi US$ 1.708,70 per troy ounce di Comex, New York. Sepanjang bulan ini, harga emas sudah tergerus 3,7%.

Penurunan harga si kuning kinclong disebabkan oleh penguatan dollar AS. Kondisi itu secara otomatis memangkas permintaan emas sebagai investasi alternatif.

Sekadar informasi, dollar menguat 0,3% terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Salah satu penyebabnya adalah kian meningkatnya kecemasan mengenai krisis utang Eropa yang sudah berlangsung selama tiga tahun akan semakin memberatkan perekonomian dunia. Pada pekan lalu, dollar menguat 0,6%, sementara harga emas turun 0,7%.

"Penguatan dollar yang menyebabkan harga emas semakin menurun," jelas Lance Roberts, chief executive officer Streettalk Advisors LLC di Houston.

Sekadar tambahan informasi, CME Group Inc, pemilik Comex, menyatakan bahwa trading floor di New York ditutup kemarin karena badai Sandy tengah menuju ke kota New York.

Oleh Barratut Taqiyyah

Bursa Jepang bangkit dari keterpurukan dua hari

TOKYO. Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa Jepang mencatat kenaikan. Kondisi itu menyebabkan bursa Jepang berhasil naik dari keterpurukan dua hari.
Pada pukul 10.18 waktu Tokyo, indeks Nikkei 225 Stock Average naik 0,5% menjadi 8.975,8. Adapun volume transaksi 10% di bawah rata-rata transaksi 30 hari. Sedangkan indeks Topix naik 0,4% menjadi 743,44. Dalam setiap empat saham yang naik, terdapat tiga saham yang turun.

Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Jepang. Beberapa di antaranya yakni Fuji Heavy Industries Lyd yang naik 1,9% setelah data anggaran konsumen AS naik melampaui prediksi dan Sharp Corp naik 6,2% setelah adanya kabar perusahaan tengah melakukan pembicaraan dengan Apple Inc, Google Inc dan Microsoft Corp untuk pakta bisnis.
Sementara, saham Fujikura Ltd turun 4,6% setelah memangkas separuh dari prediksi labanya.

Analis menilai, investor pada hari ini melakukan aksi wait and see hasil pertemuan Bank of Japan yang berlangsung pada hari ini (30/10). "Mata investor tertuju pada keputusan mengenai pelonggaran kebijakan pada hari ini. Masih ada ekspektasi bahwa Bank of Japan akan mengambil aksi lanjutan. Data AS juga memicu kepercayaan bahwa perekonomian AS kian solid," urai Keisuke Shirasuka, fund manager Mitsubishi UFJ Asset Management Co di Jepang.